Tembakkan Rudal Sebagai Respon Senjata Kimia Suriah, AS Tuai Pro-Kontra



Militer Amerika Serikat baru-baru ini diketahui meluncurkan tembakan rudal ke pangkalan udara Suriah. Aksi ini dilakukan sebagai respon AS atas serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan warga dan anak-anak di Idlib beberapa waktu lalu.

Berdasarkan sejumlah pemberitaan media diketahui jika serangan rudal AS tersebut rupanya menuai beragam reaksi dari dunia internasional. Ada yang mendukung keputusan tersebut, namun tidak sedikit yang menghujat.

Pemerintah Arab Saudi misalnya, melalui Kementerian Luar Negeri mereka menyatakan dukungannya atas AS. Mereka memuji Donald Trump telah berani mengambil tindakan tegas untuk meredam tindakan keji rezim Suriah.

Tidak hanya Arab, dukungan juga didapat dari Inggris dan Australia. Mereka meyakini jika serangan militer tersebut merupakan respon yang tepat atas tragedi senjata kimia yang menimpa warga Suriah.

Respon yang berbeda ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, meski mengutuk penggunaan senjata kimia, RI juga prihatin dengan serangan unilateral.

"Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun," ujarnya. "Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi."

Sementara itu, pihak Rusia menilai serangan AS tersebut sebagai agresi militer. Pemerintah Rusia bahkan menuntut diadakannya rapat darurat PBB untuk membahas masalah ini. "Serangan AS ke angkatan udara Suriah merusak upaya memerangi terorisme. Rusia mendesak diselenggarakannya pertemuan DK PBB terkait serangan itu," ujar ketua komite pertahanan di Dewan Federasi Rusia, Viktor Ozerov.

Seperti diketahui, AS menembakkan setidaknya 59 rudal ke pangkalan udara Suriah pada Jumat (7/4). Berdasarkan kabar yang beredar, serangan ini menewaskan lima orang termasuk seorang Jenderal dan juga merusak fasilitas militer yang ada.

Komentar

Postingan Populer